BLENDRANG LEGENDARIS

 

 

BLENDRANG SAYUR LEGENDARIS TURUN TEMURUN

 

Blendrang merupakan sebuah kata yang tidak dapat kita temui di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),  namun merupakan kata atau istilah umum yang sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari di masyarakat Jawa. Ibu-ibu dan mbah-mbah putri sering menyebutkan kata blendrang. Blendrang sendiri adalah sebutan  untuk sayuran yang dibuat kemarin kemudian dipanaskan untuk sayur makan hari ini dan akan dipanaskan kembali untuk dimakan besok, lusa dan seterusnya. Dalam perkembangannya agar lebih keren dalam penyebutannya sayur blendrang diganti dengan istilah sayur yesterday.  Umumnya sayur blendrang merupakan sayuran  berkuah santan, sehingga blendrang dapat didefinisikan sebagai sayuran bersantan yang dihangatkan berulang-ulang untuk dinikmati dalam jangka relatif lama (1 – 5 hari) sampai sayur tersebut habis. 

Sayur blendrang atau sayur lodeh yang dipanaskan dan digunakan untuk sayur secara berulang-ulang  merupakan sayur yang melegenda secara turun temurun yang mempunyai cita rasa dan pecinta tersendiri. Menurut ibuku, beliau dapat membuat sayur blendrang karena diajarkan oleh nenekku, nenekku diajarkan dan meniru mbah buyut, mbah buyutku dari orang tuanya dan seterusnya. Umur sayur blendrang alias sayur yesterday ini lebih tua daripada usia kemerdekaan Republik Indonesia ini. Sayur blendrang  sudah ada sejak jaman kerajaan dulu yaitu sayur gudeg yang merupakan turunan dari sayur blendrang yang sekarang menjadi makanan khas dari Yogyakarta. Sayur gudeg menurut sejarahnya sudah ada sejak jaman Panembahan Senopati pendiri Kesultanan Mataram Islam pada tahun 1587-1601, pada masa itu sayur gudeg menjadi makanan yang digemari para raja, bangsawan, prajulit dan rakyat biasa bahkan sampai sekarang sayur gudeg digemari oleh semua kalangan dan disajikan mulai dari hotel bintang lima sampai warung kaki lima pinggir jalan serta menjadi kuliner khas yang banyak dicari di Yogyakarta. Gudeg biasanya berasal dari nangka muda dimasak dengan santan dari kelapa ditambah gula aren, dan diberi berbagai macam bumbu, serta rempah-rempah diolah sedemikian rupa dan dimasak dengan cara dibacem sehingga menghasilkan rasa legit, manis, gurih, enak dan lezat, Gudeg akan semakin enak dinikmati apabila sudah blendrang.

Sayur lodeh yang merupakan cikal bakal dari sayur blendrang, biasanya sayur lodeh yang dimasak oleh ibu-ibu,  antara lain : sayur lodeh tewel (nangka muda), lodeh kacang panjang, lodeh  koro, lodeh rebung (tunas bambu), sayur pepaya dan lotho (biji kacang yang sudah tua), lodeh ontong (bunga pisang) dan lain-lain. Sayur lodeh di beberapa daerah dipercaya sebagai sayur penolak bala/bahaya sehingga sering disajikan dalam acara hajatan, selamatan dan upacara-upacara adat yang lain. Pada masa Sultan Hamengku Buwono IX  Raja Yogyakarta berkuasa, raja pernah memerintahkan rakyatnya untuk memasak sayur lodeh sebagai menangkal pagebluk / penyakit yang ada. Tradisi memasak sayur lodeh untuk penolak bala (pagebluk) ini berkembang di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sayur lodeh yang digunakan untuk penolak bala  berupa sayur lodeh dengan 7 janis sayuran khusus sebagai bahan dasarnya. Tujuh atau pitu dalam bahasa Jawa artinya pitulungan memohon bantuan / pertolongan. Sayuran 7 rupa tersebut berupa kluwih,  kacang panjang,  terong, kulit  melinjo, waluh dan tempe. Bahan-bahan itu ternyata memiliki filosofi masing-masing, yaitu:

1. Kluwih: kaluwargo luwihono anggone gulowentah gatekne (keluarga dilebihkan dalam memberi nasehat dan perhatian)

2. Kacang panjang: cancangen awakmu ojo lungo-lungo (ikatlah badanmu, jangan pergi-pergi)

3. Terong: terusno anggone olehe manembah Gusti ojo datnyeng, mung yen iling tok (lanjutkan tingkatkan dalam beribadah, jangan hanya jika ingat saja)

4. Kulit melinjo: ojo mung ngerti njobone ning kudu reti njerone babakan pagebluk (jangan hanya paham akibatnya saja, tapi harus paham secara mendalam penyebab wabah)

5. Waluh: uwalono ilangono ngeluh ngresulo (hilangkan keluhan dan rasa galau harus tetap semangat)

6. Godong mlinjo (So): golong gilig donga kumpul wong sholeh sugeh kaweruh babakan agomo lan pagebluk (bersatu padu berdoa bersama orang yang saleh, pandai soal agama, juga wabah penyakit)

7. Tempe: temenono olehe dedepe nyuwun pitulungane Gusti Allah (benar-benar fokus mohon pertolongan kepada Tuhan)

Sayur lodeh 7 rupa ini merupakan tradisi, namun jika kita membaca makna dari 7 jenis sayuran yang menjadi bahan dasarnya maka kita dapat memperoleh pelajaran agar senantiasa meningkatkan ibadah kepada Allah SWT, meminta dan memohon pertolongan kepada Allah, tidak boleh mengeluh harus semangat dan optimis serta selalu memperhatikan lingkungan kita terutama keluarga. Selain itu 7 bahan sayuran untuk bahan sayur lodeh itu mempunyai kandungan vitamin, mineral serta zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan menyehatkan sehingga terhindar dari penyakit

Ketika aku kecil dulu ibu sering membuat sayur blendrang dan dijadikan sayur untuk makan kami sekeluarga. Sayur blendrang sebenarnya adalah sayur lodeh yang sengaja dibuat banyak dengan kuah bersantan, menonjolkan  cita rasa pedas gurih dan khas masakan jawa yang banyak menggunakan rempah yang enak dan lezat. Masakan yang banyak dengan kuah yang melimpah membuat sayur lodeh ini dapat dimakan berhari-hari  sehingga menjadi blendrang. Jika sayur lodeh hari ini tidak habis maka akan dipanaskan untuk dimakan besok hari kalo tidak habis lagi akan dipanaskan kembali untuk makan besok lusa dan seterusnya sampai habis. Proses pemanasan sayur blendrang ini bertujuan agar masakan tidak basi.  Dilihat dari fisiknya sayur blendrang yang merupakan sayur lodeh yang sering dipanaskan akan mengalami perubahan seperti kuahnya yang menjadi semakin ketal dan sayurannya yang menjadi lunak dan lembek bahkan terkesan hancur tak berbentuk tetapi rasanya semakin nikmat dan enak karena bumbu-bumbunya yang semakin mereserap jika dibandingkan dengan sayur yang baru dimasak apalagi jika setiap dipanaskan ditambahkan santan lebih mantap lagi. Almarhum Mbah putri lebih ekstrem lagi dalam membuat blendrang, dari beberapa sayuran berkuah santan yang sudah asat (tidak ada kuahnya) dijadikan satu  dibungkus dengan daun pisang kemudian digarang (digoreng tanpa minyak menggunakan wajan / penggorengan dari tanah) menggunakan pawonan (kompor tradisional berbahan kayu bakar) sampai setengah kering setelah matang akan menjadi rebutan keluarga yang ingin menikmati, ada rasa khas sayur blendrang yang dibungkus daun pisang dengan aroma gosong dan asap dari bara api kayu yang dibakar.

Dibalik enak dan lezatnya sayur blendrang ini, ternyata sayur blendrang dapat membahayakan dan mengganggu kesehatan kita jika sering  dikonsumsi. Menurut para ahli gizi, makanan yang sering dipanaskan akan merusak kandungan gizi yang ada pada masakan tersebut. Masakan yang sering dipanaskan  akan meningkatkan kandungan garam pada masakan, khususnya untuk makanan bersantan yang  dipanaskan berulangkali akan mengubah lemak dari santan kelapa menjadi lemak jenuh yang membuat kadar kolesterol meningkat dan mengganggu peredaran darah dalam tubuh sehingga menimbulkan penyakit kolesterol, asam urat dan hipertensi. Untuk itu kita harus bijak dalam menikmati kelezatan dari sayur legendaris ini.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUASA CERIA DAN PENUH MAKNA

Tadabur Alam Gunung Budheg

Peringatan Agustusan