TERKURUNG PORTAL





TERKURUNG PORTAL CINTA
           
Kisah ini merupakan kisah nyata bukan kisah rekaan apalagi kisah sinetron yang ada di televisi. Kisah ini merupakan kejadian yang luar biasa aku alami beberapa hari yang lalu. Cerita ini bermula ketika aku, istri dan anak-anakku berlebaran dan bersilaturahmi rumah mertuaku. Kisah yang sangat menarik dan merupakan pengalaman lebaranku yang sedikit menjengkelkan, menjemukan dan menjenuhkan.
Kisah ini, berawal dari peristiwa tanggal 24 Mei 2020 atau tepatnya tanggal 1 Syawal 1441 H. Hari itu bukanlah hari biasa, tetapi hari yang sangat luar biasa karena pada hari itu bertepatan dengan hari raya umat islam yakni hari raya idul fitri. Di hari raya idul fitri ini umat islam merayakan kemenangan setelah satu bulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan, berperang mengendalikan  hawa nafsu dan berlomba-lomba beribadah kepada Sang Pencipta. Hari lebaran merupakan hari yang sangat ditunggu kedatangannya  dan selalu dirayakan dengan riang gembira penuh kebahagian.
Hari itu, Suara takbir, tasbih, tahmid dan tahlil terdengar dari corong-corong masjid dan mushola memuji kebesaran Allah untuk menyambut datangnya hari raya idul fitri . Aku bangun pagi-pagi sekali sebelum subuh, setelah sholat subuh berjama’ah bersama keluarga, aku menyapu  halaman rumah dan kemudian menyiraminya dengan air kran agar  lebih bersih dan kelihatan segar, sementara, bapak dan ibu ku membersihkan dalam rumah sedangkan istri  dan anak-anakku repot memasukan kue dan jajanan untuk hidangan di meja, maklum masih numpang hidup dengan orang tua jadi semua dikerjakan bersama-sama. Setelah semua selesai kami bergantian mandi kemudian menyiapkan diri untuk sholat Id di masjid. Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 06.15  aku, istri dan anak-anakku serta ibu bapakku berangkat ke masjid dekat rumah dengan berjalan kaki.
Hari raya idul fitri kali ini sangat berbeda dengan hari raya idul fitri tahun-tahun yang lalu, di tengah pandemi covid 19 hanya beberapa masjid dan mushola yang mengadakan sholat id di tengah himbauan dari pemerintah untuk melaksanakan sholat id dirumah saja. Sesampai di masjid, aku melihat pemandangan yang lain dari biasanya, jamaahnya hanya sedikit itupun hanya sanak saudara dan jama’ah tetap masjid, sebagian jama’ah ada yang memakai masker dan ada pula yang memakai kaos tangan. Sesuai protokol kesehatan sebelum masuk masjid cuci tangan pakai sabun  dan cuci kaki terlebih dahulu kemudian mengatur jarak duduk atar jama’ah. Tibalah waktu sholat id dilaksanakan, sholat id 2 rakaat dilaksanakan diimami Gus arifin dengan suara merdunya dan terbatabata menahan tangis kemudian dilanjutkan kutbah id yang disampaikan Gus Ma’dhum. Kutbah id berisi himbauan untuk bersilaturahmi, saling memaafkan, menjaga kesehatan dan ikuti himbauan pemerintah, selesai kutbah dilanjutkan istighosah dan saling jabat tangan sebagai simbul saling memaafkan.
Setelah sholat id, aku dan keluarga pulang melalui jalan utama jalan raya Tulungagung- Popoh, dan baru pertama kalinya aku menjumpai jalanan yang sepi dan lengang serta pintu-pintu rumah yang tertutup mematuhi anjuran pemerintah untuk tutup pintu . Sesampai di rumah, aku sungkeman kepada bapak dan ibu dan saling memaafkan dengan keluarga intiku, kemudian kami berjalan ke rumah bu lek ku untuk makan bersama dan halal bihalal  bersama keluarga besar  ibu. Selanjutnya  kami berjalan ke rumah Budhe dari bapak untuk bersilaturahmi.
Menjelang dhuhur kami pulang, setelah sholat dhuhur kami beristirahat di rumah. Tiba-tiba istriku menerima telepon dari keluarganya kalau di kampung asal istriku sebentar lagi jalan kampung akan ditutup total dan orang dari luar tidak bisa masuk, segera aku perintahkan kedua anak dan istriku untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk ke rumah bapak ibu mertuaku. Mertuaku tinggal di kampung sebuah desa di Kecamatan Sumbergempol yang perjalanan kesana dari rumah sekitar satu jam. Setelah anak-anak dan istriku siap ku keluarkan sepeda motor buntutku dan ternyata sepeda motorku tidak muat untuk  mengangkut mereka bertiga maklum anak-anakku sekarang sudah besar hampir sama dengan ibunya terpaksa ku putuskan untuk mengunjal / bergantian  meskipun capek ya harus aku lakukan untuk sungkem ke mertua… he3
Perjalanan yang pertama aku membonceng kedua anakku, sepanjang perjalanan banyak rumah yang tutup, di kanan kiri jalan raya gang-gang ditutup oleh portal  dan jalanan sepi tidak seperti biasanya, padahal kalau lebaran biasanya jalanan ramai dengan lalu lalang kendaraan mobil dan sepeda motor orang yang hendak silaturahmi ke keluarganya bahkan sampai membuat  macet. Ku pacu sepeda motorku lumayan cepat sampai di desa Pojok aku melihat jalan tembus ke Boyolangu lewat gunung Budheg yang portalnya dibuka tanpa penjaga, agar lebih cepat aku melewati jalan itu. Semula jalannya lancar tetapi sesampai di pertigaan desa Tanggung ketika aku akan belok ke kanan sudah ada portal berupa 2 batang bambu yang melintang menutup jalan  dengan terpaksa arah sepeda motorku kubelokkan kekiri namun tak seberapa lama jalan juga ditutup portal aku menjadi bingung kalau kembali kejalan tadi jaraknya sudah lumayan jauh untung ada pencari rumput yang mengajak aku untuk mengikutinya dan menunjukan jalan. Jalanan yang kulewati berupa jalan sempit di dekat sungai dan ditengah tengah sawah di daerah desa Pucung Kidul yang akhirnya sampai di jalan paving dekat gua Selomakleng sampai di situ orang pencari rumput itu menyuruhku mengikuti jalan paving ke utara sampai ketemu jalan beraspal menuju balai desa Sanggrahan  di jalan memang ada portal namun tidak menutup semua jalan sehingga sepeda motor masih bisa melewati. Dari balai desa Sanggrahan aku mengikuti jalan raya utama menuju Sumbergempol, Alhamdulilah sampai di kampung istriku portal jalan utama kampung belum ditutup sehingga aku bisa masuk sampai ke rumah mertua dengan selamat. Setelah sungkem kepada mertua dan menurunkan kedua anakku serta minum segelas teh hangat aku pamit ke mertua untuk menjemput istriku yang masih menunggu di rumah.
Berdasarkan pengalaman terdahulu yang direpotkan oleh portal, maunya lebih cepat ternyata malah keblasuk-blasuk ndak karuan akhirnya ku putus  jalan lewat jalur utama saja. Sesampai di rumah aku pamit ke orang tua ku bersama istri untuk berangkat kembali rumah mertua.  Jalanan masih lengang seperti tadi siang kupacu sepeda motorku agak cepat dengan  kecepatan rata-rata 60 km/jam. Sampai ke kampung istriku ternyata pintu portal telah ditutup rapat tanpa penjaga akhirnya istriku telepon pamannya agar dapat masuk kampung dan oleh pamannya dimintakan ijin lewat rumah orang yang kebetulan pekarangan belakangnya tembus dengan jalan kampung dan pada akhirnya aku dan istri sampai ke rumah mertua… lega rasanya.
Kami sekeluarga sudah berkumpul di rumah mertua, sungkem minta maaf serta menyampaikan salam bapak ibu kepada keluarga istriku telah kusampaikan, saatnya santai dan menikmati lebaran. Sambil minum teh, ngemil jajan dan ngobrol melepas rindu bersama keluarga, bapak berkata kalau jalanan kampung akan ditutup total selama 3 hari dan ini sudah diumumkan kepada warga dengan tujuan agar tidak ada warga luar yang masuk kampung sekaligus menjaga keamanan kampung dari tindak kejahatan karena akhir-akhir ini rawan pencurian. Besok paginya aku keluar muter-muter kampung dan ternyata benar jalanan menuju kampung telah tertutup total oleh portal jangankan jalan tikus jalan semutpun juga diportal. Akhirnya selama 3 hari aku harus rela menikmati hidup dalam kurungan portal tidak kemana-mana hanya duduk, nonton tv, ngemil jajan, makan ikan di kolam, dan tidur merupakan aktifitas yang menjemukan dan menjenuhkan. Pembangunan Portal di kampun-kampung merupakan wujud lockdown ala kampung untuk menjaga warganya dari penularan virus Corona dan menjaga keamanan warganya dari tindak kejahatan orang yang memanfaatkan situasi dan sekali lagi inilah wujud cinta desa kepada rakyatnya… wujud kasih sayang kampung terhadap warganya…

Komentar

  1. Moga dah tahu jalan pulang

    BalasHapus
  2. Penuh perjuangan, tapi tetep Alhamdulillah ada indah indahnya. Tulisan ini insyaa Alloh menjadi dokumen atas kenangan yg tak ikhlas jika di lupakan itu.

    BalasHapus
  3. Matur swn. Gus Darwi dan Kyai Noer yg telah mampir ...

    BalasHapus
  4. Perjalanan karena Alloh.. Lelah lillah. ... Terenyuh, terharu saya membacanya, dahsyat tulisanya Pak. ..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUASA CERIA DAN PENUH MAKNA

Tadabur Alam Gunung Budheg

Peringatan Agustusan