Puasa Kalong
PUASA KALONG
(PENGALAMAN
PUASA DI WAKTU KECIL)
Oleh : AAN CHOIRUL ANAM (*
Puasa Ramadhan adalah rukun Islam ke-4 dan merupakan
kewajiban bagi umat islam untuk menjalankannya. Perintah puasa terdapat dalam
Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 183
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah, : 183).
Sedang perintah puasa Ramadhan terdapat dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah
ayat 185
شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ
الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ
وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا
الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
artinya : "(Beberapa hari yang
ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena
itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak
hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah, : 185).
Dari 2 ayat diatas, kita umat Islam diperintahkan untuk
menjalankan ibadah puasa Ramadhan untuk mencapai predikat taqwa dan puasa
merupakan wujud syukur kita kepada Allah SWT.
Puasa menurut bahasa artinya menahan dari
sesuatu, sedangkan secara syariat puasa adalah menahan
diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa yang disertai dengan adanya
niat dan dilakukan mulai dari terbitnya fajar (waktu subuh) hingga terbenamnya matahari (waktu magrib).
Puasa bukan hanya menahan lapar (tidak makan) dan menahan dahaga (tidak minum)
saja tetapi juga menahan hawa nafsu kita
serta perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan puasa. Bulan Ramadhan adalah
bulan yang mulia, bulan yang penuh ampunan dan bulan yang selalu dirindukan
oleh setiap umat islam di dunia, dalam hadits diterangkan
مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ
النِّيْرَانِ
artinya “Siapa bergembira dengan masuknya
bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka”.
Untuk
itu marilah kita bergembira menyambut datangnya bulan Ramadhan dan mengisinya
dengan amalan-amalan sholih yang mendatangkan pahala dan kebaikkan bagi kita.
Kalau kita kembali ke masa kecil kita dulu bulan Ramadhan
merupakan bulan yang selalu ditunggu-tunggu dan disambut dengan sangat gembira
karena di bulan Ramadhan sekolah banyak liburnya sehingga tidak ada pelajaran
di sekolah, banyak waktu luang untuk bermain bersama teman-teman, di bulan Ramadhan
banyak makanan yang enak dan lezat yang tidak ada di bulan lainnya (waktu
magrib ada takjil ada kolak, jenang
grendul, es buah, es cendol jajanan yang manis-manis dan lain-lain, waktu
berbuka dan saur ada ayam goreng, lele goreng, sate, soto, gule, dan
sayur-sayur yang enak dan lezat), dan di bulan Ramadhan anak-anak dibelikan
baju baru untuk lebaran menyambung silaturahmi dan saling memaafkan antar
keluarga, antar tetangga dan antar saudara dekat, saudara jauh serta kerabat. Dalam
tulisan pengalaman puasa di waktu kecil ini akan aku bagi dalam 2 bagian yaitu
ketika berada di desa Jenggolo Kepanjen Malang dan di desa Campurdarat
Tulungagaung karena di dua desa ini masa kecil ku habiskan.
Desa
Jenggolo
Jenggolo merupakan salah satu desa
di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang tepatnya sebelah selatan Kepanjen, kurang
lebih 10 km. Pada waktu aku kecil dulu jika ingin ke Kepanjen orang-orang dapat
menggunakan alat transportasi dokar, ojek atau mobil pick up yang belakangnya
diberi kursi yang disebut oplet. Desa Jenggolo sebagian besar pendudukknya
sebagai petani sehingga banyak hamparan sawah yang membentang dengan pengairan
teras siring dan sebagian menggunakan irigasi dari sungai, Ada yang unik di
desa Jenggolo yaitu adanya dua desa Jenggolo dan desa Sengguruh yang dibatasi
dengan jalan raya, sebelah barat jalan raya desa Jenggolo sedangkan disebelah timur jalan raya desa Sengguruh,
pasar dan lapangan bola ada di desa Sengguruh tetapi kehidupan penduduk dua
desa itu hidup guyup rukun. Aku dan keluargaku tinggal di desa Jenggolo karena
pada waktu itu bapakku bekerja di proyek PLTA Sengguruh.
Ramadhanku di desa Jenggolo berjalan cukup menyenangkan,
orang tuaku mulai mengajarkan puasa sejak aku kelas 1 SD itu pun puasa beduk
yang berbuka pada waktu dhuhur, namun kadang-kadang aku puasanya puasa podang
isuk-isuk jalok madang alias tidak berpuasa. Pada waktu kelas 2 aku mulai
belajar puasa maghrib namun sering puasa beduknya karena banyak temanku yang tidak berpuasa. Kelas 3
dan 4 SD puasaku lebih baik lagi namun juga ada bolong-bolongnya, lapar masih
bisa ku tahan tapi haus yang sulit untuk ditahan sehingga pada saat wudhu
biasanya air ikut masuk ke perut alias terminum atau jika merasa haus aku ijin kepada ibuku untuk wudhu
padahal sambil minum… he3 (kalau ingat hal itu akau menjadi tertawa sendiri).
Kegiatan untuk
mengisi Ramadhan ku, setiap pulang sekolah aku tidur di rumah kemudian setelah
sholat dhuhur mulai bermain bersama teman-teman dengan bersepeda keliling
kampung, bermain samparan (engklek dengan batu di kaki kemudian
ditendangkan kearah batu lawan), bermain
betengan, gobak sodor, tentara-tentaraan (tembak-tembakan), petak umpet, main gendiran
kelereng, bermain layangan dan bermain bola, permainan itu biasanya setiap
hari kita mainkan secara bergantian. Pada saat liburan biasanya mulai pagi aku
dan teman-temanku main ke sawah, pada musim tanam padi kita mencari belut di
sawah dengan cara memancing di lubang-lubang di sawah, setiap mendapat belut
kita berteriak dan menunjukan ke teman-teman, giliranku mendapat belut aku
berteriak dan menunjukkan hasil pancinganku ke teman-teman dan mereka tertawa
ternyata aku mendapat ular sawah. Ada kejadian yang menarik yaitu ketika aku dan teman-temanku mokel
berjama’ah, setelah bermain sepak bola, aku dan teman-temanku bersepeda
ketika lewat di sawah temanku Panggih yang ditanami tebu kita semua berhenti
dan mengambil tebu kemudian kita makan bersama-sama di pinggir sawah. Dan ada
kejadian yang kuingat sampai sekarang adalah ketika aku, Waskito, Suliadi dan
Eko terbawa layang-layang gapangan sampai masuk ke sawah dan dimarahi yang
punya sawah.
Setelah bermain sekitar pukul setengah empat sore biasanya
kita mandi bersama-sama ke sumber yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah,
banyak sumber mata air yang disalurkan dengan bambu menjadi grojokan yang
digunakan untuk tempat mandi di Jenggolo sehingga banyak penduduk kampungku mandi
di sumber karena kedalam sumur di daerahku lebih dari 10 meter. Setelah mandi aku pulang ke rumah ganti baju
kemudian berangkat ke mushola untuk sholat asar dan mengaji juz amma kepada cak
Mat dan cak No. Menjelang maghrib aku pulang
ke rumah mendengarkan radio karena belum ada TV sambil menunggu adzan magrib
dan berbuka bersama keluarga. Pada saat
isya’ aku dan keluarga berangkat ke mushola H. Mukri untuk sholat isya’ dan
terawih. Sepulang terawih biasanya aku dan adikku minta dibelikan petasan,
petasan yang biasa kunyalakan adalah petasan kates yang menyala seperti tetesan
air dan petasan lombok yang kecil-kecil berbunyi nyaring. Menjelang saur
biasanya pukul 02.30 aku dan teman-teman bermain kentongan keliling kampung
untuk membangunkan orang-orang untuk saur tidak lupa menyalakan petasan lombok,
sekitar pukul 03.30 aku pulang dan saur bersama keluarga, setelah sholat subuh
aku dan tema-teman jalan-jalan untuk olah raga pagi.
Desa
Campurdarat
Desa Campurdarat merupakan salah satu desa di Kecamatan
Campurdarat sekitar 15 km arah selatan kota Tulungagung. Sekitar tahun 1988 aku
dan keluarga pindah ke desa Campurdarat desa kelahiran bapak dan ibuku setelah pekerjaan bapak pindah ke Surabaya.
Wilayah Campurdarat tepatnya dusun Blumbang tempat tinggalku sebagian besar
berupa tanah yang tandus dan pegunungan yang banyak batu kapurnya, sehingga ada
ungkapan “Wong Campur kui panganane watu” yang artinya orang Campur itu
makanannya batu, memang bukan arti secara harfiah makan batu tetapi orang
campur pekerjaannya mengolah batu yang hasilnya digunakan untuk membeli makanan.
Dengan kekayaan alam batu kapur yang melimpah dahulu waktu aku kecil banyak
usaha obongan / pembakaran gamping di daerahku, sekarang sudah tidak ada lagi
obongan gamping karena mahalnya harga batu kapur, ongkos produksi yang mahal,
tenaga kerjanya mahal dan sulitnya pemasaran sehingga banyak pengusaha yang gulung tikar dan berpindah
ke usaha pengolahan batu marmer untuk lantai ataupun untuk kerajinan yang lebih
menguntungkan.
Di Campurdarat, lingkungan rumahku berada dekat dengan
Pondok Pesantren Ma’dinul ‘Ulum sehingga masa kecil lebih agamis dibandingkan
ketika tinggal di Jenggolo dulu. Aku pindah ke Campurdarat saat kelas 5 SD
sampai dengan sekarang. Ramadhan ku waktu kecil di desa Campurdarat sama seperti
anak kecil pada umumnya sepulang sekolah istirahat di rumah baru setelah sholat
dhuhur mulai bermain bersama saudara dan teman-teman di pekarangan mbah Aji di
kauman kidul, bermain bersama mas Kholis, mas Hamdani, Cipuk, Bambang, Samsul
dan teman-teman yang lain biasanya kita bermain cirak kelereng, main keh
kehan, main bola dan main dor doran menggunakan mercon bumbung. Aku
masih ingat ketika bermain mercon bumbung yang terbuat dari bambu ori yang
diberi lubang kecil kemudian diberi air dan karbit di dalamnya setelah itu
ditutup selang beberapa saat dinyalakan dengan kayu yang ujungnyanya diberi
kain dan api, pada saat itu mercon bumbung yang ku nyalakan bunyinya bless…
tidak dor nyaring seperti meriam, teman-temanku semua menertawakanku ternyata
air yang ku masukkan terlalu banyak sehingga karbitnya cepat habis dan uap
karbit hanya sedikit sehingga bunyinya tidak keras.
Menjelang Ashar aku pulang ke rumah mandi, ganti baju dan
berangkat ke Pondok untuk mengaji Al qur’an bersama Gus Mas’ud selesai mengaji
aku dan teman-teman bermain dempon permainan tradisional yang sekarang
sudah punah yaitu permainan yang dimainkan
oleh dua kelompok dengan cara mempertahankan diri agar kaki dan kepala
kita tidak disentuh oleh lawan jika tersentuh maka kita dinyatakan mati,
kelompok yang menang jika semua lawannya
sudah mati. Permainan dempon ini melatih ketangkasan, kerja sama, kesabaran dan
kejujuran tetapi tidak jarang menimbulkan pertengkaran namun setelah permainan
selesai kita rukun lagi dan besoknya bermain lagi. Ketika adzan magrib
dikumandangkan kita sholat jama’ah di masjid pondok kemudian pulang berbuka di
rumah tetapi kadang-kadang juga berbuka
bersama kang-kang di pondok. Pada saat isya’ aku bersama keluargaku sholat
isya’ dan terawih di masjid pondok dan setelah terawih aku ikut-ikutan mengaji
kitab kuning di pondok yang dbacakan Kang Mujiono dan setelah itu pulang ke
rumah untuk tidur. Jam menunjukkan jam 02.00 aku sudah bangun siap-siap ikut
ronda bersama pak Kholik dan teman-teman keliling kampung membangunkan
orang-orang untuk saur dengan mendorong ledhog (geledekan) yang diisi salon,
tape, ampli dan accu, sekitar pukul 03.30 aku pulang dan saur bersama keluarga.
Ketika Subuh berkumandang aku segera berangkat ke pondok untuk jamaah subuh
kemudian mengaji al Qur’an bersama kang Edi dan setelah itu ikut mendengarkan
KH. Ahmad Bajuri ngaos Kitab Al Ibriz (tafsir
Qur’an berbahasa Jawa) karya KH.
Bisri Musthofa di serambi masjid.
PUASA KALONG
Pahala puasa
sangat besar dan hanyalah Allah lah yang mengetahinya sebagaimana sabda Nabi
Muhammad saw
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ
فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى
Artinya
: “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan
dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah
Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut
adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah
meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku”
HR. Bukhari dan Muslim
HR. Bukhari dan Muslim
Manfaat puasa Ramadhan adalah
meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, mendapat pahala, latihan untuk
dapat mengendalikan hawa nafsu, ikut merasakan penderitaan orang lain,
menyehatkan tubuh dan diampuni dosa-dosa yang telah lalu.
Puasa Kalong dalam judul bukan
berarti puasa seperti kalong yang malam begadang dan siangnya tidur, tetapi
puasa kalong disini adalah kalong (bahasa Jawa) yang artinya kurang / tidak sempurna sehingga
puasa kalong diartikan puasa yang berkurang atau tidak sempurna karena sering
bolong (mokel), suka berbohong, marah,
membicarakan orang lain sehingga mengurangi pahala puasa.
Semoga puasa kita diterima oleh
Allah SWT sehingga kita mendapatkan rahmat, taufik, hidayah dan maghfiroh Allah
SWT… Allohumma Aamiin.
Amin..... 🙏
BalasHapus