PUASA DULU DAN PUASA KINI



PUASA DULU DAN PUASA KINI
Oleh : AAN CHOIRUL ANAM

Puasa pada bulan Ramadhan merupakan kewajiban bagi semua umat islam. Perintah Allah tentang puasa juga diberikan kepada umat-umat terdahulu sebelum umat rosululloh Muhammad SAW agar menjadi seperti firman Allah dalam Qur’an Surat Al Baqarah ayat 183
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah, : 183).
Dari ayat diatas dapat kita pahami bahwa puasa merupakan kawah candradimukanya umat islam untuk naik kelas menjadi umat yang bertaqwa.
            Puasa menurut bahasa artinya menahan dari sesuatu, sedangkan secara syariat puasa adalah menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa yang disertai dengan adanya niat dan dilakukan mulai dari terbitnya fajar (waktu subuh)  hingga terbenamnya matahari (waktu magrib). Puasa bukan hanya tidak makan dan minum saja tetapi juga  menahan hawa nafsu (amarah, menggunjing, berkata kotor dan lain-lain) serta perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan puasa.
Taqwa berasal dari bahasa arab, kata taqwa memiliki kata dasar “Waqa” yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memerhatikan, dan menjauhi. Pengertian taqwa adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah. Perintah dan larangan Allah secara umum terdapat dalam Al Qur’an, dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad SAW dan ijma’ qias para ulama’. Makna dari taqwa adalah taubat, ketaatan beribadah dan bersih hati dari dosa.
Dahulu datangnya bulan Ramadhan atau puasa puasa disambut dengan suka cita dan gembira karena bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia, bulan penuh rahmat dan hidayah, bulan turunnya Al Qur’an, bulan segala amalan baik dilipat gandakan pahalanya dan bulan penuh ampunan. Malam bulan Ramadahan masjid-masjid dan mushola ramai dengan jama’ah yang menjalankan tarawih,  suaraa nak-anak dan orang dewasa yang sedang  tadarus Al Qur’an terdengar dari corong-corong masjid dan mushola, banyak jamaah yang  i’tikaf  di masjid dilanjukan  dengan qiyamul lail melaksanakan sholat-sholat sunnah, seperti : Sholat hajat, sholat tahajut, sholat tasbih, sholat taubat, sholat witir  dan sholat sunah yang lain. Pada saat waktu sholat 5 waktu (Sholat Subuh, Sholat Dhuhur, Sholat ‘Ashar, Sholat Maghrib dan sholat isya’) dilaksanakan berjama’ah di masjid dan mushola. Menjelang maghrib banyak pedagang kaki lima yang menjual takjil buka puasa, kegiatan buka puasa bareng dan saur on the road serta ronda keliling kampung  membangunkan orang untuk saur memeriahkan bulan Ramadhan.
Namun sekarang semuanya telah berubah setelah datang Pandemi Covid 19 yang lebih dikenal dengan virus Corona. Datangnya bulan Ramadhan disambut dengan keprihatinan, banyak tenaga kerja yang di PHK, pedagang kaki lima yang tidak dapat berdagang lagi, sulitnya pekerjaan, pemasukan yang seret tetapi pengeluaran yang lancer keluarnya dan ekonomi yang sulit. Masyarakat ketakutan keluar rumah karena takut tertular Corona apalagi pemerintah mencanangkan program “Di rumah saja”, pembatasan fisik (physical distancing) menjaga jarak  minimal 1 meter serta menjauhi kerumunan (social distancing)
Kebijakan Di rumah saja, meliputi : beribadah dari rumah saja, bekerja dari rumah (Work from home / WFH), belajar dari rumah saja dan belanja dari rumah saja dan semua harus menggunakan protokol penanganan Corona  yang ketat agar dapat menghambat penularan virus covid 19. Dari kebijakan tersebut banyak masjid dan mushola yang tidak melaksanakan sholat terawih berjam’ah  jika pun ada jamaahnya sangat sedikit. Suara anak-anak dan orang dewasa tadarus qur’an dari masjid dan mushola tidak terdengar lagi, tidak adalagi kegiatan buka puasa bersama apalagi saur on the road  dan suara ronda keliling membangunkan orang saur tidak ada lagi.
Semoga ibadah puasa kita diterima oleh Allah SWT, Virus covid 19 serta pandeminya segera berakhir sehingga kita dapat beraktifitas dengan normal lagi, masjid dan mushola menjadi ramai jamaahnya kembali, ekonomi mulai berputar dan lebih baik lagi dan negara Indonesia menjadi negara yang baldatun toyyibatun wa robbun ghofur yang mampu menyejahterakan rakyatnya…. Allohumma Aamiin.




Komentar

  1. Alhamdulillah..smga istiqomah..aamiin

    BalasHapus
  2. Puasa terkini, puasa 6 hari sawal mas

    BalasHapus
  3. Semangat terus...
    Lancar terus..
    Menulis terus..
    Terus aku yo terus..

    BalasHapus
  4. Semangat. ..
    Puasa kini kemudian puasa lagi yang terkini.

    Aamiin. ..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BIOGRAFI KH AHMAD BAJURI

MENAKAR KEJUJURAN DITENGAH PANDEMI

BLENDRANG LEGENDARIS